Filipina bukan lagi tim Kuda Hitam. Selalu menjadi bulan-bulanan lawan selama perhelatan Piala AFF, Filipina kini tampil menjadi tim yang disegani. Dalam tiga Piala AFF mulai 2010, 2012, sampai 2014, The Azkals selalu menembus babak semifinal.
Sayang, dari tiga perhelatan tersebut, Filipina selalu gagal menembus babak final. Langkah mereka selalu terhenti di fase ini. Indonesia menjadi korban pertama Filipina di pertandingan kedua babak penyisihan grup A.
Rob Gier Cs membekap skuat Garuda dengan skor telak 4-0. Kemenangan itu sekaligus meloloskan Filipina ke semifinal dan mempersempit peluang Indonesia ke semifinal.
Performa Filipina ini tentu sangat mengejutkan. Terutama dari negara kompetitor seperti Vietnam dan Indonesia.Tentu banyak pihak bertanya-tanya, apa kunci sukses tim yang identik dengan warna biru-putih itu?
Naturalisasi pemain menjadi ujung tombak Filipina mencari pemain. Menghadapi Piala AFF 2014, sekitar 80% skuat The Azklas pemain berdarah campuran.
Patrick Reichelt, Younghusband bersaudara, Kensiro Daniels dan Daisuki Sato plus kapten Rob Gier segelintir nama pemain berdarah campuran. Padahal, iklim kompetisi di Filipina masih amatir tidak seperti di Indonesia.
Kesempatan bermain di Internasional menjadi alasan pemain tersebut memilih warga kenegaraan Filipina. "Kalau saya memilih warga negara Inggris, rasanya sulit mendapat kesempatan tampil di level internasional," kata Rob Gier yang bermain untuk klub amatir Inggris, Ascot United.
Namun tetap, Filipina menghasilkan pemain berkualitas dari program naturalisasi mereka. Pelatih Thomas Dooley mengatakan, tidak asal merekrut pemain untuk menghuni skuat asuhannya. Kualitas utama.
"Sebelum memastikan merekrut pemain, saya mengikuti kompetisi yang diikuti pemain tersebut dan mengikuti perkembangan melalui media sosial. Jadi tidak asal merekrut," jelas Dooley.
0 komentar:
Post a Comment